SELAMAT DATANG DI BLOGG RESMI HALIM SARAGI,semoga Bermamfaat ,Salam Pergerakan !!

Sabtu, 03 Desember 2011

Mahasiswa UNA Demo Desak Rektor Zuriah Sitorut Mundur

Demo di UNA, Mahasiswa Desak Rektor Mundur

Kamis, 01 Desember 2011
(foto: irvan nasution)
Mahasiswa membakar ban di halaman Biro Rektor UNA saat berunjuk rasa mendesak Rektor UNA Zuriah Sitorus mengundurkan diri, Rabu (30/11).
KISARAN-Puluhan mahasiswa Universitas Asahan (UNA) berunjuk rasa di halaman Biro Rektor UNA, Rabu (30/11) siang. Mereka mendesak Rektor Zuriah Sitorus agar mundur dari jabatannya.
Pengunjuk rasa yang terdiri dari mahasiswa Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakultas Hukum, dan Pertanian tersebut tiba di halaman Biro Rektor UNA sekira pukul 11.00 WIB. Mereka datang dengan membawa spanduk yang bertuliskan ‘Mosi tidak percaya kepada Rektor UNA dan memintanya mundur dari jabatannya.’ Apalagi banyak kebijakan bu rektor justru meresahkan mahasiswa.
Sesaat sebelum spanduk dibentangkan, demonstran terlebih dahulu membakar dua buah ban mobil bekas, setelah terlebih dulu menyiramnya dengan bensin.
Setelah dua ban bekas disulut dengan api, kobaran api pun marak dan membuat halaman Biro Rektor dipenuhi asap hitam tebal yang muncul dari ban yang dibakar. Bersamaan itu pula, spanduk dibentangkan, demikian juga keranda yang bertuliskan ‘paradigma baru ibu rektor’ diusung salah seorang mahasiswa keliling kampus.
Tak lama berselang, pengunjuk rasa secara bergantian menggelar orasi. Dalam orasinya, pendemo meminta bu rektor utuk mengundurkan diri, karena banyak kebijakan yang sampai pada tingkat meresahkan.
Aksi bakar ban dan dibarengi membentang spanduk dan mengusung keranda yang intinya mengkritik Rektor UNA Zuriah Sitorus mendapat perhatian dari sebagian besar mahasiswa yang sedang berada di kampus UNA. Namun, banyak mahasiswa yang hanya menjadi penonton unjuk rasa itu.
Para pendemo bergantian menyampaikan orasi percis seperti mimbar terbuka. Ada empat mahasiswa yakni Didit Syahputra Tanjung, R Imansyah, Irwansyah, dan Andi Candra yang tampak sering bergantian berorasi. Hampir dua jam aksi orasi tersebut berjalan.
Dalam hitungan METRO, sebanyak 27 kali orator menyebut nama Bupati Asahan Drs Taufan Gama Simatupang. Nama Taufan disebut sekaitan sebagai Ketua Yayasan UNA. Misalnya, Taufan Gama, menurut pendemo, sudah tidak simpati atas kebijakan rektor karena bukan membawa jarum plus benang untuk mempertemukan belahan kain, tapi Bupati Taufan justru melihat keberadaan rektor seperti membawa gunting untuk memisahkan satu sama lain.
“Kehadiran rektor bukan sebagai pemersatu, tapi justru mengobok-obok UNA, dan kondisi saat ini semakin runyam dan berantakan. Mahasiswa dan dosen semakin renggang, demikian juga antara mahasiswa. Jika hal ini terus berlangsung dalam dunia pendidikan, akan berakibat fatal. Bisa saja UNA ini gulung tikar karena masyarakat Asahan tak percaya karena sering terdengar di kampus ini gaduh. Tentu tak akan ada lagi yang mau menimba ilmu di tempat ini,” teriak Irwansyah, salah seorang orator.
Disebutkan demonstran yang lain dalam orasinya, mereka menyebut Bupati Taufan telah berpesan kepada Pembantu Rektor (PR) III M Saleh Malawat agar Rektor UNA Zuriah Sitorus tidak meneruskan kebijakannya. Pesan ketua yayasan itu, kata pendemo, saat pihak yayasan menggelar pertemuan dengan rektorat. Hanya saja Rektor Zuriah tidak menghadiri pertemuan yang dilakukan di kantor Bupati Asahan. Ternyata apa yang disampaikan Ketua Yayasan Taufan Gama, lanjut pendemo, terkesan tidak digubris rektor. Sebaliknya, rektor membuat kebijakan yang justru memperuncing masalah di UNA.
Ketika pengunjuk rasa menyampaikan orasinya berapi-api dan bersaman dengan api ban yang dibakar semakin marak, tiba-tiba PR II Nisfu Fitri mendekat ke pengunjuk rasa dan memerintahkan agar orasi diberhentikan dan api ban yang marak dipadamkan. “Padamkan itu, saya kepanasan di dalam (di ruangan Biro Rektor, red). Saya tersinggung dengan cara kalian,” ujarnya sembari memerintahkan satuan pengaman untuk memadamkan api.
Tapi mahasiswa justru mendesak PR II untuk menghadirkan rektor di depan mereka guna memberi alasan kebijakan yang dinilai tak sesuai prosedur seperti pemberhentian Dekan FKIP Dailami, pelantikan BEM UNA yang ditolak sejumlah mahasiswa sebelumnya.
Tampak saat itu pengunjuk rasa mengelilingi PR II, dan perang mulut terus terjadi. Tiba-tiba salah seorang satpam UNA menyiram api dengan air yang dibawa pakai ember dari dalam ruangan Biro Rektor. Ketika air disiram satu kali ke ban yang terbakar, tiba-tiba mahasiswa lain melarang dan mendorongnya, hingga nyaris terjadi baku hantam. Namun, cekcok itu akhirnya reda dan waktu bersamaan personel Polres Asahan turun ke lokasi untuk mengamankan situasi yang ada. Berselang beberapa saat, ban mobil yang dibakar pun habis. Tapi mahasiswa terus berorasi dengan meneriakkan agar bu rektor keluar dan jangan bertahan di ruangannya.
“Ini adalah mahasiswamu dan sekaligus anak-anakmu. Tolong jelasankan alasan atas kebijakan yang telah meresahkan ini, jangan jadi pengecut. Kalau tidak becus memimpin UNA, mundur, pergi saja dari Asahan,” teriak pengunjuk rasa.
Polisi yang tiba di lokasi seperti Kabag Ops Kompol Faisal Napitupulu SH, Kasat Shabara AKP C Napitupulu, Kasat Intel AKP Alvin Saragih dan puluhan personel mencoba menjembatani untuk mempertemukan rektor dengan mahasiswa. Bahkan seorang personel kepolisian, Aiptu Samsul Bahri berulang kali keluar masuk ke ruang tempat rektor berada, namun tak juga diperoleh kesepakatan bertemu.
Akhirnya Rektor Zuriah mau bertemu dengan catatan cukup tiga orang pendemo saja. Tapi saat Samsul menyampaikan kepada mahasiswa, mahasiswa tidak mau, jika tidak 15 orang dari mereka ikut dalam pertemuan itu.
Utusan dari Polres, Samsul kembali mendatangi rektor, namun didapat jawaban rector tidak bersedia. Tetapi jika ditambah dua orang pendemo dan menjadi lima orang, rektor bersedia bertemu. Akhirnya mahasiswa sepakat, jika lima orang dari mereka yang diterima. Asal saja dalam pertemuan itu hanya rektor yang ada, ditambah petugas kepolisian dan wartawan. Di luar itu mahasiswa tidak mau.
Selanjutnya lima utusan mahasiswa masuk ke salah satu ruangan untuk bertemu rektor. Tapi setelah duduk beberapa saat, mahasiswa melihat ada beberapa orang mahasiswa dan termasuk presiden mahasiswa Agustono yang dilantik baru-baru ini sebagai Ketua BEM UNA. Melihat itu, mahasiswa mewaklili pengunjuk rasa menyuruhnya keluar. Karena tidak mau keluar, akhirnya perwakilan mahasiswa tersebut yang keluar.
Pertemuan pun akhirnya gagal, dan mahasiswa kembali menggelar orasi di halaman Biro Rektor. Pendemo kemudian bubar sekira pukul 14.30 WIB, dan berjanji akan datang lagi dalam waktu dekat untuk menggelar unjuk rasa dengan tuntutan yang sama. Meski METRO mencoba untuk menemui Rektor Zuriah untuk mempertanyakan kenapa tidak bersedia menemui mahasiswa di depan Biro Rektor, dan menjelasakan alasan kebijakannya itu, METRO tak berhasil menemui rektor. Menurut beberapa pegawai di Biro Rektor, Rektor UNA banyak kesibukan.
“Ibu rektor banyak kesibukan, maka malas menemui mahasiswa yang berunjuk rasa,” ujar pegawai di UNA itu sembari minta namanya jangan ditulis.
Sementara Resktor UNA Zuriah saat hendak dihubungi melalui telepon selulernya, kemarin malam tidak berhasil. Ponsel yang seing dipakai bersangkutan tidak aktif.
Salah seorang demonstran R Imansyah saat diminta komentarnya, kenapa tidak jadi bertemu dengan rektor mengatakan, itu dikarenakan tidak sesuai janji. Yakni, rektor membiarkan presiden mahasiswa (Presma) atau Ketua BEM UNA berada dalam ruangan.
“Sedang kami tidak mengakui keberadaannya, dan hingga saat ini kami anggap belum ada Ketua BEM UNA atau Presma,” tukasnya. (van)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar