MedanBisnis – Kisaran.
Pusat Kajian Lingkungan Hidup Sumatera Utara (KLHSU) sangat mendukung
rencana Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Asahan untuk melakukan pemulihan
kawasan hutan mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Asahan.
"Kami sangat mendukung
apa yang direncanakan Pemkab Asahan melalui Dinas Kehutanan dan
Perkebunan (Dishutbun) Asahan melakukan pemulihan hutan mangrove," kata
Direktur KLHSU, Fadli Harun saat berbincang dengan MedanBisnis, Jumat
(15/6).
Namun dalam rencana tersebut, Fadli menekankan tiga aspek
yang harus dikerjakan Dishustbun Asahan yakni memulihkan kondisi hutan
dan lahan, mempertahankan fungsinya serta meningkatkan masing - masing
fungsi baik hutan maupun lahan. "Dengan begitu upaya pemulihan hutan
dan lahan pada kawasan hutan mangrove dapat mendukung system penyangga
kehidupan. Bila ketiga aspek itu dikerjakan, maka hutan mangrove Asahan
akan terjaga dengan baik," kata Fadli.
Terkait dengan kondisi
kawasan hutan mangrove Asahan, Fadli menilai bahwa Pemkab Asahan
berhasil dalam pengelolaan upaya pemulihan hutan dan lahan pada kawasan
hutan mangrove pada periode beberapa tahun terakhir ini. Hal ini
terlihat dari luasan kritis yang terjadi sepanjang pantai seperti di
desa Silo Laut telah teratasi dengan terus melakukan reboisasi secara
kontinu bersama masyarakat sekitar kawasan. "Sebuah apreisasi yang patut
kita berikan kepada Pemkab Asahan yang terus bersungguh-sungguh dalam
melakukan program Indonesia Lestari," ungkap Fadli.
Pantauan
KLHSU, bahwa Pemkab Asahan dan Dishutbun telah melakukan langka
rehabilitasi kawasan mangrove melalui dana APBN dan APBD yang
terlaksanakan sejak tahun 2007 hingga tahun 2011 pada kawasan hutan
mangrove di daerah Silo Baru dan daerah Sei Kepayang hingga kini
mencapai 1.402 hektare yang telah direboisasi dari luasan kritis
1.310,85 hektare dengan kondisi riil hutan mangrove 3.729.9 hektare.
Wakil
Direktur Asahan Programer, Didit Prabudi ST juga menyampaikan pendapat
yang sama bahwa Kabupaten Asahan mampu dan berhasil secara
perlahan-lahan menciptakan perbaikan lahan pada kawasan hutan mangrove
yang selama ini kritis menjadi sesuatu yang baru. "Mari kita lestarikan
hutan mangrove Asahan, apalagi hutan mangrove Asahan dapat dijadikan
wisata. Namun kita perlu kerjasama dengan lembaga JICA yang berpusat di
Jepang untuk bersedia membantu program wisata mangrove," papar Didit.
(indra sikoembang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar