SELAMAT DATANG DI BLOGG RESMI HALIM SARAGI,semoga Bermamfaat ,Salam Pergerakan !!

Sabtu, 28 April 2012

Asahan Dilarang Rekrut CPNS

JAKARTA-Pemerintah pusat berkomitmen moratorium penerimaan CPNS diterapkan secara tegas. Penerimaan CPNS dengan formasi terbatas yang dimulai tahun depan, hanya boleh dilakukan pemda dengan belanja pegawainya di bawah 50 persen dari APBD-nya. Sedang bagi belanja pegawainya di atas 50 persen, dilarang melakukan rekrutmen CPNS.
“Bagi 129 pemda yang belanja pegawainya di atas 50 persen, tidak akan ada formasi CPNS. Stop,” tegas Kapuspen Kemendagri, Reydonnyzar Moenek kepada koran ini di ruang kerjanya, kemarin (25/10).
Dari 129 pemda itu, 20 kabupaten/kota berasal dari Sumut. Khusus di Sumut, alokasi belanja pegawai di APBD 2011, tertinggi adalah Kabupaten Simalungun, yakni Rp756,304 miliar atau mencapai 71,95 persen dari APBD-nya. Disusul Kota Padangsidimpuan dengan belanja pegawai Rp297,595 miliar atau 69,89 persen. Kabupaten Asahan dengan belanja pegawai Rp470,169 miliar atau 58,54 persen.
Untuk Kota Medan, belanja pegawainya cukup tinggi, yakni Rp1,535 triliun. Namun, angka ini persentasenya ‘hanya’ mencapai 52,38 persen dario total APBD 2011. (lihat grafis).
Sedang kabupaten/kota yang belanja pegawainya di bawah 50 persen, antara lain Kota Sibolga sebesar Rp194,842 miliar (48 persen), Labuhanbatu Utara Rp246,043 miliar (49,73 persen), Nias Selatan 47,25 persen, Labuhanbatu Selatan 45,15 persen, Kota Gunungsitoli 43,87 persen, Pakpak Bharat 43,16 persen, Batubara 45,10 persen, Nias 37,27 persen, dan Nias Utara 34,07 persen.
Donny menjelaskan, belanja pegawai di banyak daerah membengkak juga disebabkan mereka masih terus-terusan menerima tenaga honorer. Padahal, sesuai PP Nomor 48 Tahun 2005, pemda sudah dilarang menerima honorer. “Akibatnya, anggaran belanja pegawai terus membengkak,” ujar Donny, panggilan Reydonnyzar.
Nah, bagi daerah yang telanjur menerima tenaga honorer setelah terbitnya PP 48 itu, kata Donny, pemda harus menganggarkan uang honor mereka ke dalam belanja program dan kegiatan masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
“Jadi honorarium kegiatan, bukan belanja pegawai,” terang Donny, yang juga pakar pengelolaan keuangan itu.
Seperti diberitakan, EE Mangindaan saat masih menjabat sebagai Menpan-RB pada September 2011 lalu menjelaskan, dalam masa moratorium penerimaan CPNS, daerah harus melakukan penataan organisasi, termasuk menghitung kebutuhan pegawainya secara detil. Tugas ini harus sudah kelar akhir 2011.
Selanjutnya, Januari hingga Desember 2012, bagi daerah yang sudah selesai membuat data penataan PNS, sudah bisa melakukan penerimaan CPNS, dengan formasi terbatas.  Dengan demikian, bagi daerah yang cepat menyelesaikan tugas itu, bisa melakukan penerimaan CPNS lebih cepat. Sebaliknya, yang lambat juga akan ketinggalan melakukan penerimaan ‘abdi negara’ itu. Formasinya pun dibatasi, tenaga guru, tenaga kesehatan, sipir, dan tenaga navigator penerbangan.
Lulusan perguruan tinggi kedinasan, seperti Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS), Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), dan beberapa yang lain, juga tetap diangkat menjadi CPNS.
Satu syarat lagi yang sudah dituangkan dalam surat keputusan bersama tiga menteri yang mengatur moratorium CPNS, daerah yang bisa melakukan rekrutmen CPNS, hanyalah daerah yang belanja pegawainya di bawah 50 persen dari total anggaran APBD-nya.  Sedang Pemprov Sumut belanja pegawainya 50,69 persen.
Sementara itu hingga kemarin (25/10) belum jelas kapan Peraturan Pemerintah (PP) tentang pengangkatan tenaga honorer tercecer kategori I menjadi CPNS akan diterbitkan. Padahal, sebelumnya dijanjikan PP terbit Oktober ini dan selanjutnya sebanyak 67 ribu tenaga honorer yang akan diverifikasi lagi, diangkat menjadi CPNS.
Kapuspen Kemendagri, Reydonnyzar Moenek tidak berani memberikan jawaban kapan PP itu terbit. Alasannya, urusan itu lebih merupakan kewenangan Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB). Sementara, Wakil Menpan-RB Bidang Reformasi Birokrasi Eko Prasojo saat dihubungi koran ini kemarin, belum sempat memberikan pernyataan lantaran sedang menerima tamu.
“Nanti kalau sudah selesai terima tamu, saya kasih tahu ya,” ujarnya. Hanya saja, hingga kemarin petang janji itu tidak direalisasikan. (sam)

Kabupaten/kota yang dilarang merekrut CPNS
Kabupaten                                            Belanja (miliar)         Persentase
1. Simalungun                                          756,304                   71,95
2. Kota Padangsidimpuan                        297,595                    69,89
3. Tobasa                                               286,958                    68,63
4. Kota Pematangsiantar                         398,538                    65,71
5. Kota Binjai                                         322,270                    65,13
6. Madina                                               403,463                    64,48
7. Langkat                                              708,170                    60,78
8. Karo                                                  437,176                    60,52
9. Labuhanbatu                                      374,040                    58,79
10. Asahan                                            470,169                    58,54
11. Tapteng                                           325,236                    57,85
12. Serdang Bedagai                             409,270                    57,31
13. Tapsel                                             328,455                    56,97
14. Humbahas                                       251,824                    55,55
15. Kota Tebingtinggi                            230,269                    55,54
16. Taput                                              360,329                    55,26
17. Deliserdang                                     905,373                    54,32
18. Kota Tanjung Balai                         208,659                    54,06
19. Samosir                                          224,308                    53,21
20. Kota Medan                                  1,535,654                52,38
Sumber: Pusat Penerangan Kemendagri

DPRD Beri Catatan pada R-APBD Asahan 2011

MedanBisnis – Kisaran. Delapan Fraksi yang ada DPRD Asahan membuat catatan terhadap Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (R-APBD) setempat  tahun 2011. Catatan dimaksud diharapkan ke depan dapat menyahuti aspirasi masyarakat Asahan.
Dari catatan yang disampaikan di antaranya Fraksi Nurani Keadilan (F-NK). Fraksi ini mengatakan, pos anggaran sosial keagamaan untuk pembinaan iman dan taqwa merupakan program yang baik untuk menjamin ketaatan beragama bagi  masyarakat. Namun, F-NK mengharapkan kegiatan tersebut  dapat dilaksanakan dan dievaluasi secara cermat, karena dari program tersebut ada perbedaan yang mendasar antara pembagunan fisik dan mental. “Program ini perlu kesamaan presepsi untuk memberikan penilaian,” kata juru bicara F-NK, Zainuddin Saragih dalam sidang tersebut, Kamis (9/12) di gedung dewan setempat.

Zainuddin juga mengatakan, pos pendapatan daerah terhadap PBB, harus lebih dimaksimalkan, terutama PBB para pemilik lahan perkebunan swasta perorangan, begitu juga dengan pos kesehatan yakni jaminan kesehatan masyarakat daerah (Jamkesda). Fraksi ini mengingatkan idealnya dana Jamkesda tidak perlu ada, karena sudah di-cover oleh asuransi Jamkesmas Kementerian Kesehatan.
Selain F-NK, Fraksi Demokrat juga membuat catatan yang disampaikan Budianto Lubis.

Disebutkannya, R-APBD Asahan 2011 masih banyak permasalahan, terutama dalam pengambilan  sampel  sebagai  perbandingan dan penguji terhadap proyeksi APBD Asahan TA 2011 yang sebahagian masih menggunakan data 2008 dan 2009. Sedangkan untuk hal tertentu dipergunakan data tahun 2010 sebagai pembanding dalam menyusun R-APBD Asahan TA 2011.

Budi juga menjelaskan, peningkatan pengeluaran pembiayaan perlu dikaji ulang karena selisihnya sangat besar dan akan lebih tepat jika dilakukan penghematan pada berbagai mata anggaran atau pun pos pengeluaran pembiayaan dengan tingkat kejelian, kecermatan, ketelitian dan/atau kehati-hatian yang tinggi serta dapat dipertanggungjawabkan secara yuridis. “Kalau ingin mewujudkan visi dan misi, Bupati harus banyak memperhatikan pendidikan, kesehatan dan infrastrukur, karena di ketiga sektor tersebut banyak persoalan,” kata Budi.

Pada kesempatan yang sama, F-PBR juga membuat catatan yang disampaikan Ismail. Disebutkannya, Pemkab Asahan harus lebih selektif menyalurkan bantuan perternakan dan pertanian. Catatan yang lain juga disampaikan F-PAN disampikan Abdul Kholik Harahap, F-PDIP, Fraksi Golkar dan F-Bersatu. (indra sikoembang)

Perubahan APBD dilakukan jika terjadi

  1. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA
  2. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi,  kegiatan dan antar jenis belanja
  3. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan
  4. Keadaan darurat 
  5. Keadaan luar biasa
Perubahan Perda tentang APBD hanya dapat dilakukan satu kali dalam satu tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa.
Penyampaian dan perubahan Raperda P-APBD
  • KDH menyampaikan Raperda P-APBD, beserta lampirannya kepada DPRD paling lambat minggu kedua bulan September tahun aggaran berjalan untuk mendapatkan persetujuan bersama
  • Penyampaian disertai dengan nota keuangan perubahan APBD
  • DPRD menetapkan agenda pembahasan Raperda P-APBD
  • Pembahasan Raperda P-APBD berpedoman pada KUPA serta PPA  P-APBD yang telah disepakati antara Kepala Daerah dan pimpinan DPRD
  • Pengembalian keputusan DPRD untuk menyetujui Raperda P-APBD paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum TA yang bersangkutan berakhir
LKPJ Kepala Daerah
LKPJ Kepala daerah kepada DPRD sesuai dengan UU No 32/2004dan PP no 3/2007
Kepala Daerah mempunyai kewajiban untuk : 
  • Memberkan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Derah kepada Pemerintah (LPPD)
    • LPPD kepada siapa disampaikan, apa saja yang dilaporkan, bagaimana penyusunan dan tata cara penyampaian, bagaimana evaluasi terhadap laporan tersebut dan bagaimana dengan daerah otonom baru
  • Memberikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban kepada DPRD (LKPJ)
    • LKPJ kepada siapa disampaikan, apa saja yang dilaporkan, bagaimana tata cara penyampaiannya dan bagaimana evaluasi terhadap laporan tersebut
  • Menginformasikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada masyarakat (ILPD)
    • ILPD kepada siapa diinformasikan, bagaimana tata cara penyampaiannya, apa saja yang dilaporkan dan bagaimana cara memberi tanggapan laporan tersebut