Oleh: Dahrul Aman Harahap, S.Pt, MM, Dosen Universitas Riau Kepulauan
(Unrika), Batam
Jejak awal momentum peran mahasiswa Indonesia
teridentifikasi pada generasi mahasiswa angkatan 1908. Basis material
pergaulan mahasiswa generasi angkatan itu cenderung eksklusif. Hal ini
dapat dimengerti karena rekruitmen mahasiswa saat itu memang terbatas
pada keluarga priyayi dan aristokrat yang kebanyakan berasal dari
keluarga etnik jawa. Etno-nasionalisme yang berbasis ikatan kultural
jawa berkembang sebagai arus utama pemikiran mahasiswa saat itu. Untuk
merealisasikan etno nasionalisme Jawa, mahasiswa angkatan 1908
mendirikan organisasi Boedi Oetomo. Belakangan berkembang lebih spsefik
lagi, yaitu mendirikan organisasi kaum muda yang disebut Jong Java,
dimana menjadi inspirasi bermunculannya organisasi kaum muda lainnya
diluar jawa seperti Jong soematera, Jong Aceh, jong Ambon, Jong Celebes,
dan lain sebagainya. Sebagian ahli menyebutkan bahwa organisasi Boedi
Oetomo sebagai embrio-nasionalisme Indonesia.
Generasi mahasiswa angkatan 1928 terjadi pergeseran pemikiran dari etno
nasionalisme ke arah civic nasionalisme. Pengalaman sejarah
ketertindasan kolonialisme yang dialami bersama oleh masing-masing etnik
di Indonesia,telah menumbuhkan rasa solidaritas bersama. Pula, mudahnya
kalah oleh kolonialisme Belanda ketika melakukan penentangan berdasar
lingkup etnik terfragmentasi, makin meyakinkan perlunya bersatu dan
bekerja sama di antara beragam ikatan etnik. Berkumandanglah kemudian
deklarasi “Sumpah Pemuda” yang menandai terlahirnya keindonesiaan.
Sumpah pemuda yang dimotori mahasiswa itu mengandung komponen yaitu
bangsa, tanah air, dan bahasa persatuan. Prestasi angkatan 1928
merupakan etik historis.
Berikutnya, generasi mahasiswa angkatan
1945, memiliki dasar pemikiran yang kuat perihal kemerdekaan bangsa
Indonesia. Mereka mengusung proyek kemerdekaan sebagai target ideologi
atau gerakan bersama. Dikatakan gerakan bersama, karena generasi
mahasiwa angkatan 1945 bahu-membahu bersama para alumni, menjadi
inisiator projek revolusi fisik melawan kolonialisme belanda. Meskipun
ada perbedaan strategi perjuangan di kekuatan internal mahasiswa, yaitu
antara penganut strategi diplomasi dengan yang menganut strategi
perlawanan total, tetapi motif dasarnya sama, yaitu kemerdekaan
Indonesia. Sumbangsih pemikiran generasi mahasiwa angkatan 1945 amat
monumental, terutama dalam menyikapi dan memformulasi keanekaragaman
ikatan cultural dalam arti luas. Sikap dan formulasi itu tegas termaktub
dalam pembukaan UUD 1945 dan Batang Tubuh UUD 1945. Diskursus yang
spesifik berkembang pada generasi ini adalah “merdeka ataoe mati”.
Selanjutnya
generasi mahasiswa angkatan 1957 yang sadar diri akan potensi sebagai
elite masa depan bangsa, sangat bersemangat mengisi kemerdekaan yang
belum lama tergapai. Beragam kegiatan social dijalani. Klub-klub belajar
pun menjadi mode kelembagaan untuk mengembangkan beragam diskursus
ideologi dan kekuatan yang berdimensi lokal dan global. Mereka pun
berinisiatif mendirikan pers mahasiswa. Organisasi ekstra kampus
dibentuk. Ada yang mengambil sikap politik independen, dan ada pula yang
memilih afiliasi dengan kekuatan politik. Gerakan-gerakan mahasiswa
yang berfungsi melakukan perubahan politik substantive, tak mengedepan
pada generasi 1957. Justru mahasiswa, dengan alasan menjaga independensi
terhadap kekuatan partai politik, membentuk Badan Kerjasama Pemoeda
Militer. Independensi generasi mahasiwa angkatan 1957 lemah dan
cenderung terdeterminasi oleh kekuatan militer AD.
Generasi
mahasiswa angkatan 1966 ditandai dengan konfigurasi jumlah mahasiswa dan
alumni yang makin bertambah sejalan dengan tumbuhnya perguruan tinggi
negeri dan swasta di hampir tiap propinsi. Periode jaman itu disebut
sebagai “revolusi harapan yang meningkat”. Independensi mahasiswa
angkatan ini sedikit banyak digoyahkan oleh determinasi kekuatan
faksional militer AD, kekuatan modal yang memiliki piutang era
pemerintahan soekarno, dan kekuatan Negara AS yang berkepentingan
memperluas jangkauan sphere of influence sekutu di kawasan Asia
Tenggara. Diskursus yang mengemuka saat itu adalah “Tritura”.
Adapun
generasi mahasiswa angkatan 1974 mengedepan di tengah arus awal
tumbuhnya kekuasaan otoriter orde baru. Fenomena dominasi modal jepang
menjadi sorotan mahasiswa dan bergulirnya perseteruan politik antara dua
tokoh militer AD. Sebagian analisis menilai perjuangan moral mahasiswa
sedikit banyak ternodai oleh determinasi tarik menarik kepentingan
diantara dua tokoh militer AD yang bersiteru tersebut. Bahkan, pada
puncak demonstrasi menentang dominasi modal Jepang pada 15 januari 1974,
mahasiswa menjadi kambing hitam dalam kerusuhan malari (malapetaka lima
belas januari). Diskursus yang mengedepan adalah saat itu adalah
“ganyang korupsi” dan “tolak modal jepang”.
Generasi mahasiswa
angkatan 1978 menemukan momentum pergerakannya pada isu pengangguran dan
peningkatan hutang luar negeri. Mahasiswa menilai janji pemerintah
pasca malari untuk memperbaiki distribusi pendapatan dan memperluas
kesempatam kerja, tidak ditepati. Tuntutan mahasiswa yaitu, menginginkan
pergantian Suharto dari jabatan presiden, orientasi ulang system
ekonomi-politik, penegakan supremasi hukum, dan menolak dwi fungsi ABRI.
Reaksi pemerintah terhadap tuntutan ini dijawab dengan tindakan
refresif militer yang masuk ke kampus, serta memformulasi konsep
normalisasi Kampus (NKK) yang berarti redefinisi kampus secara mendasar,
fungsional, dan bertahap, dan badan koordinasi Kemahasiswaan (BKK)
sebagai lembaga non struktural yang berfungsi membantu rektor dalam
merencanakan kegiatan kemahasiswaan. Akibatnya peran mahasiswa mati suri
sepanjang tahun 1980-an.
Akhirnya generasi mahasiswa ankatan
1998 yang dianggap memuncaki peran mahasiwa sebagai kekuatan politik.
Momentum melakukan aksi besar-besaran mencuat ketika Indonesia terimbas
ekonomi dunia, khususnya Asia. Beberapa aktivis mahasiswa dituduh
sebagai provokator, sebagian ditangkap dan ditahan serta sebagain
menjadi korban hilang. Dan suhu politik ikut memanas menjelang pemilu
1997, dimana mahasiswa mengkampanyekan aksi Golput dan menolak hasil
pemilu. Hal spesifik yang membedakan angkatan 1998 dengan generasi
mahasiswa sebelumnya adalah tidak dikenalnya tokoh sentral mahasiswa.
Sehingga penahanan beberapa aktivis mahasiswa tidak menyurutkan gerakan.
Juga peran organisasi intra kampus tampak mengedepan. Karena organisasi
ekstra kampus takpak menyusut karena jaringan senioritasnya banyak
terkooptasi oleh pemerintahan Orde Baru. Capaian ini dimungkinkan
karena, mahasiswa mampu menumbuhkan semangat bersama untuk mengganti
kekuasaan yang otoriter. Diskursus yang mengedepan saat itu adalah
“reformasi”. Independensi generasi mahasiwa angkatan 1998 amat kuat dan
menonjol.
Setelah generasi 1998 hingga 2010 saat ini, peran
mahasiswa sebagai kekuatan sosial dalam masyarakat di Indonesia seakan
tenggelam. Bahkan sebagian kalangan mengatakan keberadaan mahasiswa
sekarang mengalami “penurunan status”. Posisinya setratejik para
seniornya di masa-masa sebelumnya. Untuk sebagian hal ini bias
dijelaskan karena konstelasi kepolitikan Negara yang sedikit banyak
sudah lebih bebas dan terbuka (untuk tak mengatakan demokratis).
Sehingga, mahasiswa terakomodasi sebagai bagian dari elemen kepolitikan
Negara yang terfragmentasi diantara kekuatan politik pluralis.
Organisasi ekstra kampus mereposisi diri untuk kembali menguasai
organisasi intra kampus. Sementara, jaringan senioritas alumni
organisasi ekstra kampus cenderung terkooptasi dalam fragmentasi
kekuatan-kekuatan sosial utama. Sifat kooptasi kekuatan-kekuatan sisial
itu ada yang cenderung melembaga, tapi ada pula yang bersifat temporer.
Kooptasi melembaga adalah seperti yang dilakukan oleh partai-partai
politik yang mengembangkan system jejaring dan pengkaderan partai lewat
organisasi ekstra kampus, sifatnya ideologis. Sedangkan kooptasi
temporer, umumnya dilakukan untuk menopang kepentingan ekonomi-politik
sesaat ysng cenderung pragmatis dan dilakukan oleh kekuatan yang lebih
beragam, yaitu partai, ormas, TNI, POLRI, parlemen, Kepresidenan,
political eksekutif, LSM, kekuatan modal, kekuatan asing, dan lain
sebagainya.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar